58 Langkah Asuhan Persalinan Normal (APN)
2008
58
langkah asuhan persalinan normal diambil dari penuntun belajar APN yang
terdapat pada panduan pelatihan klinik APN "Asuhan Esensial, Pencegahan
dan Penanggulangan Segera Komplikasi Persalinan dan Bayi Baru Lahir" yang
diterbitkan oleh Jaringan Nasional Pelatihan Klinik - Kesehatan Reproduksi
(JNPK-KR), Departemen Kesehatan RI, 2008.
Dengarkan, lihat dan periksa gejala dan tanda
Kala Dua
- Ibu merasakan dorongan kuat dan meneran
- Ibu merasakan regangan yang semakin meningkat pada rektum dan vagina
- Perineum tampak menonjol
- Vulva dan sfinger ani membuka.
Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan
obat-obatan esensial untuk menolong persalinan dan menatalaksana komplikasi ibu
dan bayi baru lahir. Untuk asfiksia: tempat tidur datar dan keras, 2 kain dan 1
handuk bersih dan kering, lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm dari tubuh
bayi
- Gelarlah kain di atas perut ibu, tempat resusitasi dan ganjal bahu bayi
- Siapkan oksitosin 10 unit dan alat suntik steril sekali pakai di dalam partus set.
Kenakan atau pakai celemek plastik.
Lepaskan dan simpan semua perhiasan yang
dipakai, cuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian keringkan
tangan dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering.
Pakai sarung tangan DTT untuk melakukan
pemeriksaan dalam.
Masukkan oksitosin ke dalam tabung suntik
(Gunakan tangan yang memakai sarung tangan DTT dan steril. Pastikan tidak
terkontaminasi pada alat suntik).
Bersihkan vulva dan perineum, seka dengan
hati-hati dari depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang
dibasahi air DTT
- Jika introitus vagina, perineum atau anus terkontaminasi tinja, bersihkan dengan seksama dari arah depan ke belakang
- Buang kapas atau pembersih (terkontaminasi) dalam wadah yang tersedia
- Ganti sarung tangan jika terkontaminasi (dekontaminasi, lepaskan dan rendam dalam larutan klorin 0,5% – Langkah 9)
Lakukan periksa dalam untuk memastikan
pembukaan lengkap.
- Bila selaput ketuban dalam belum pecah dan pembukaan sudah lengkap maka lakukan amniotomi.
Dekontaminasi
sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang masih memakai sarung tangan
ke dalam larutan klorin 0,5% kemudian lepaskan dan rendam dalam keadaan
terbalik dalam larutan 0,5% selama 10 menit. Cuci kedua tangah setelah sarung
tangan dilepaskan.
Periksa
denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi/ saat relaksasi uterus untuk
memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (120 – 160 x/ menit)
- Ambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal
- Dokumentasikan
hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ dan semua hasil-hasil penilaian serta
asuhan lainnya pada partograf.
Beritahukan
bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik dan bantu ibu dalam
menemukan posisi yang nyaman dan sesuai dengan keinginannya
- Tunggu hingga timbul rasa ingin meneran, lanjutkan pemantauan kondisi dan kenyamanan ibu dan janin (ikuti pedoman penatalaksanaan fase aktif) dan dokumentasikan sesuai temuan yang ada
- Jelaskan pada anggota keluarga tentang bagaimana peran mereka untuk mendukung dan memberi semangat pada ibu untuk meneran secara benar.
Pinta
keluarga membantu menyiapkan posisi meneran (Bila ada rasa ingin meneran dan
terjadi kontraksi yang kuat, bantu ibu ke posisi setengah duduk atau posisi
lain yang diinginkan dan pastikan ibu merasa nyaman).
Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu
merasakan ada dorongan kuat untuk meneran:
- Bimbing ibu agar dapat meneran secara benar dan efektif
- Dukung dan beri semangat pada saat meneran dan perbaiki cara meneran apabila caranya tidak sesuai
- Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya (kecuali posisi berbaring terlentang dalam waktu yang lama)
- Anjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi
- Anjurkan keluarga memberi dukungan dan semangat untuk ibu
- Berika cukup asupan cairan per-oral (minum)
- Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai
- Segera rujuk jika bayi belum atau tidak akan segera lahir setelah 120 menit (2 jam) meneran (primigravida) atau 60 menit (1 jam) meneran (multigravida).
Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau
mengambil posisi yang nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran
dalam 60 menit.
Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan
bayi) di perut ibu, jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6
cm.
Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian
dibawah bokong ibu
Buka tutup partus set dan perhatikan kembali
kelengkapan alat dan bahan
Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan
Setelah
tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka vulva maka lindungi perineum
dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain bersih dan kering. Tangan yang
lain menahan kepala bayi untuk menahan posisi defleksi dan membantu lahirnya
kepala. Anjurkan ibu untuk meneran perlahan sambil bernapas cepat dan dangkal.
Periksa
kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil tindakan yang sesuai jika hal
itu terjadi, dan segera lanjutkan proses kelahiran bayi
- Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lewat bagian atas kepala bayi
- Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat di dua tempat dan potong diantara klem tersebut.
Tunggu kepala bayi melakukan putaran paksi
luar secara spontan.
Lahirnya bahu
Lahirnya bahu
Setelah
kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparental. Anjurkan ibu
untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakkan kepala ke arah bawah dan
distal hingga bahu depan muncul di bawah arkus pubis dan kemudian gerakkan arah
atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang.
Setelah
kedua bahu lahir, geser tangan bawah ke arah perineum ibu untuk menyanggah
kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan
memegang lengan dan siku sebelah atas.
Setelah
tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke punggung, bokong
dan kaki. Pegang kedua mata kaki (masukkan telunjuk diantara kaki dan pegang
masing-masing mata kaki dengan ibu jari dan jari-jari lainnya).
Lakukan penilaian (selintas):
- Apakah bayi menangis kuat dan/ atau bernapas tanpa kesulitan?
- Apakah bayi bergerak dengan aktif?
Jika bayi tidak bernapas atau megap-megap
segera lakukan tindakan resusitasi (Langkah 25 ini berlanjut ke langkah-langkah prosedur resusitasi bayi baru
lahir dengan asfiksi).
Keringkan dan posisikan tubuh bayi di atas
perut ibu
- Keringkan bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh lainnya (tanpa membersihkan verniks) kecuali bagian tangan
- Ganti handuk basah dengan handuk kering
- Pastikan bayi dalam kondisi mantap di atas perut ibu.
Periksa kembali perut ibu untuk memastikan
tak ada bayi lain dalam uterus (hamil tunggal).
Beritahukan pada ibu bahwa penolong akan
menyuntikkan oksitosin (agar uterus berkontraksi baik).
Langkah
29
Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir,
suntikkan oksitosin 10 unit (intramuskuler) di 1/3 paha atas bagian distal
lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikkan oksitosin).
Dengan
menggunakan klem, jepit tali pusat (dua menit setelah bayi lahir pada sekitar 3
cm dari pusar (umbilikus) bayi. Dari sisi luar klem penjepit, dorong isi tali
pusat ke arah distal (ibu) dan lakukan penjepitan kedua pada 2 cm distal dari
klem pertama.
Pemotongan dan pengikatan tali pusat
- Dengan satu tangan, angkat tali pusat yang telah dijepit kemudian lakukan pengguntingan tali pusat (lindungi perut bayi) di antara 2 klem tersebut
- Ikat tali pusat dengan benang DTT/ steril pada satu sisi kemudian lingkarkan kembali benang ke sisi berlawanan dan lakukan ikatan kedua menggunakan benang dengan simpul kunci
- Lepaskan klem dan masukkan dalam wadah yang telah disediakan.
Tempatkan
bayi untuk melakukan kontak kulit ibu ke kulit bayi. Letakkan bayi dengan
posisi tengkurap di dada ibu. Luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel dengan
baik di dinding dada-perut ibu. Usahakan kepala bayi berada di antara payudara
ibu dengan posisi lebih rendah dari puting payudara ibu.
Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan
pasang topi di kepala bayi.
Pindahkan klem pada tali pusat hingga
berjarak 5 – 10 cm dari vulva.
Letakkan satu tangan di atas kain pada perut
ibu, di tepi atas simfisis, untuk mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali
pusat.
Setelah
uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah sambil tangan yang lain
mendorong uterus ke arah belakang – atas (dorso-kranial) secara hati-hati
(untuk mencegah inversio uteri). Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik,
hentikan penegangan tali pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi berikutnya
dan ulangi prosedur di atas.
- Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu, suami atau anggota keluarga untuk melakukan stimulasi puting susu.
Mengeluarkan plasenta
Lakukan
penegangan dan dorongan dorso-kranial hingga plasenta terlepas, minta ibu
meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan
kemudian ke arah atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan
dorso-kranial)
- Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta
- Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali pusat:
- Beri dosis ulangan oksitosin 10 unit IM
- Lakukan kateterisasi (aseptik) jika kandung kemih penuh
- Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan
- Ulangi penegangan tali pusat 15 menit berikutnya
- Segera rujuk jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah bayi lahir
- Bila terjadi perdarahan, lakukan plasenta manual.
Saat
plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan kedua tangan.
Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban terpilin kemudian lahirkan dan
tempatkan plasenta pada wadah yang telah disediakan.
- Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan DTT atau steril untuk melakukan eksplorasi sisa selaput kemudian gunakan jari-jari tangan atau klem DTT atau steril untuk mengeluarkan bagian selaput yang tertinggal.
Rangsangan taktil (masase) uterus
Segera
setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus, letakkan
telapak tangan di fundus dan lakukan masase dengan gerakan melingkar secara
lembut hingga uterus berkontraksi (fundus teraba keras)
- Lakukan
tindakan yang diperlukan jika uterus tidak berkontraksi setelah 15 detik
melakukan rangsangan taktil/ masase.
Periksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu
maupun bayi dan pastikan selaput ketuban lengkap dan utuh. Masukkah plasenta ke
dalam kantung plastik atau tempat khusus.
Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan
perineum. Lakukan penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan.
Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan
tidak terjadi perdarahan pervaginam.
Beri cukup waktu untuk melakukan kontak kulit
ibu – bayi (di dada ibu paling sedikit 1 jam)
- Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi menyusu dini dalam waktu 30-60 menit. Menyusu pertama biasanya berlangsung sekitar 10-15 menit. Bayi cukup menyusu dari satu payudara
- Biarkan bayi berada di dada ibu selama 1 jam walaupun bayi sudah berhasil menyusu.
Lakukan
penimbangan/ pengukuran bayi, beri tetes mata antibiotik profilaksis, dan
vitamin K1 1mg intramuskular di paha kiri anterolateral setelah satu jam kontak
kulit ibu – bayi.
Berikan suntikan imunisasi Hepatitis B
(setelah satu jam pemberian Vitamin K1) di paha kanan anterolateral.
- Letakkan bayi di dalam jangkauan ibu agar sewaktu-waktu bisa disusukan
- Letakkan kembali bayi pada dada ibu bila bayi belum berhasil menyusu di dalam satu jam pertama dan biarkan sampai bayi berhasil menyusu.
Evaluasi
Lanjutkan permantauan kontraksi dan mencegah perdarahan
per vaginam
- 2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan
- Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pasca persalinan
- Setiap 20-30 menit pada jam kedua pasca persalinan
- Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melakukan asuhan yang sesuai untuk menatalaksana atonia uteri.
Ajarkan ibu/ keluarga cara melakukan masase
uterus dan menilai kontraksi.
Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangann
darah.
Periksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih
setiap 15 menit selama 1 jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit
selama 2 jam pertama persalinan
- Periksa temperatur ibu sekali setiap jam selama 2 jam pertama pasca persalinan
- Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal.
Periksa kembali kondisi bayi untuk memastikan
bahwa bayi bernapas dengan baik (40-60 kali/ menit) serta suhu tubuh normal
(36,5 – 37,5).
Kebersihan dan keamanan
Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam
larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan
setelah didekontaminasi.
Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke
tempat sampah yang sesuai.
Bersihkan badan ibu menggunakan air DTT.
Bersihkan sisa cairan ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai pakaian yang
bersih dan kering.
Pastikan ibu merasa nyaman, Bantu ibu
memerikan ASI. Anjurkan keluarga untuk memberi ibu minuman dan makanan yang
diinginkannya.
Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan
klorin 0,5%.
Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan
klorin 0,5%, balikkan bagian dalam keluar dan rendam dalam larutan klorin 0,5%
selama 10 menit.
Cuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih
mengalir kemudian keringkan dengan tissue atau handuk yang kering dan bersih.
Dokumentasi
Dokumentasi
Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang),
periksa tanda vital dan asuhan kala IV.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar